Potensi PTM di Masa Mendatang Sebab Masyarakat Tak Paham Bahaya Konsumsi Gula Berlebih

- 5 Desember 2022, 11:40 WIB
Gambar Ilustrasi
Gambar Ilustrasi /Istimewa/Yanto Tena

Lain lagi cerita dari wilayah Rumbai, Kota Pekanbaru, Riau.

Berdasarkan laporan kader kesehatan yang melakukan penyuluhan gizi di kawasan perkebunan tersebut, keluargakeluarga yang mengkonsumsi kental manis sebagai minuman berawal dari bantuan-bantuan sosial yang diterima masyarakat.

“Kami di sini sering dapat bantuan sembako, banyak yang terima program bantuan dari pemeirntah. Dapat susu kaleng (susu kental manis) dari situ. Jadi kalau dapat susu, anak minta minum susu kental manis. Kalau tidak ada, ya tak minum susu. Anak-anak makan apa yang di rumah. JArang juga beli susu karena harganya mahal,” ujar Imah, ibu dengan dua balita usia 4 dan 2 tahun.

Dijelaskan Imah, selama ini ia tidak paham bahwa tidak semua jenis susu dapat dikonsumsi oleh anak, terutama balita.

Mengutip Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, dr. Zaini Rizaldy S, bahwa jika dilihat dari komposisi yang ada pada dalam kemasan Susu Kental Manis, terdapat beberapa bahan yang patut dipertanyakan, yaitu skim atau krimer, dan gula.

Hal inilah yang harus diperhatikan oleh orang tua, terutama terkait konsumsi gula pada anaknya. Terlebih, dalam SKM terdapat gula yang dapat memengaruhi tumbuh kembang anak.

"Ini dapat dijelaskan ke anak-anak bahwa ada susu yang banyak gulanya ada yang memang susu untuk anak. Jangan sampai salah kasih susu, memang sama-sama susu, tapi kalau tidak tepat penggunaannya bisa membahayakan. Seperti susu kental manis ini, kita memang biasanya terpengaruh iklan, dan kita tidak lihat komposisinya bagaimana." jelas dr. Zaini.

Senada dengan Zaini, dokter anak Dr. dr. Tubagus Rachmat Sentika Hasan, Sp.A, MARS menjelaskan masih terbiasanya masyarakat membiarkan anak-anak mengkonsumsi susu kental manis karena efek kesehatan dari konsumsi makanan dan minuman yang tinggi kandungan gula karena efeknya tidak datang seketika.

“Anak-anak terbiasa makan dan minum yang tinggi kandungan gula, besok, atau minggu depan atau bulan depan belum tentu akan sakit. Tapi saat dewasanya nanti, ia lebih rentan terkena penyakit-penyakit seperti obesitas, diabetes dan penyakit-penyakit tidak menular lainnya,” jelas Rachmat Sentika.***

Halaman:

Editor: Yanto Tena


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah