Renungan Hari Katolik Kamis 1 Desember 2022, Mari Kita Renungkan Bersama

1 Desember 2022, 19:33 WIB
Gambar ilustrasi /Pixabay/Selayar Post

SELAYAR POST - Apa artinya batu di dalam Kitab Suci? Batu adalah simbol iman kita kepada Tuhan. Batu juga menjadi simbol kekuatan yang berasal dari Tuhan.

Kitab Mazmur 18;27;40;62 dan lainnya berisikan nyanyian Daud yang mengatakan Allah sebagai gunung batu atau batu karang.

Allah adalah gunung batu berarti Dialah satu-satunya dasar dan perlindungan manusia.

Dalam Kitab Perjanjian Baru, Yesus disebut batu penjuru (Ef 2:20) atau batu karang yang hidup (1Ptr 2:4).

Batu selalu menjadi simbol yang penting dalam hidup menggereja karena di samping kita mengingat iman yang berasal dari batu yang Hidup yaitu Yesus Kristus, kita juga mengingat Gereja Hirarki yang didirikan di atas batu karang yang tidak lain adalah Petrus atau Kefas.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini sama-sama menceritakan tentang batu.

Kepada orang-orang Yahudi yang berada di Babilonia.

Yesaya bernubuat: “Di tanah Yehuda akan dinyanyikan bernyanyi ini: Kita punya kota yang kuat! Tuhan telah memasang tembok dan benteng untuk keselamatan kita.

Bukalah pintu-pintu gerbangnya, agar masuklah bangsa yang benar dan yang tetap setia.

Engkau menjaga orang yang teguh hatinya dengan damai sejahtera, sebab ia percaya kepadaMu.

Percayalah kepada Tuhan selama-lamanya, sebab Tuhan Sllah adaah gunung batu yang kekal.” (Ya 26:1-4).

Nabi Yesaya sedang menghibur bangsa Yahudi yang sedang menderita di Babel bahwa pada suatu saat yang tepat mereka akan kembali ke Sion.

Kota Sion atau Yerusalem akan dibangun kembali dengan bantuan Tuhan.

Dia sendiri yang memasang tembok dan membuat benteng untuk keselamatan kita.

Yerusalem nantinya menjadi kota kediaman Allah sendiri dan umat pilihanNya yang tetap setia kepadaNya.

Umat ​​Allah saat itu memiliki kepercayaan penuh kepada Yahwe yang bersemayam di Sion.

Pada saat ini kita sebagai Gereja mempercayakan seluruh hidup kita kepada Tuhan Kristus Yesus yang menjadi sahabat bagi kaum papa dan miskin.

Yesaya tidak hanya mengingatkan mereka untuk memikirkan Sion tetapi dengan jelas mengatakan tentang kota Babel yang akan diruntuhkan: “Kota-kota di atas gunung telah ditaklukanNya, benteng-benteng yang kuat telah dirobohkanNya, diratakanNya dengan tanah dan dicampakkanNya menjadi debu dan diinjak oleh kaki orang sengsara dan telapak orang-orang lemah” (Ya 26: 5-6).

Kemegahan kota Babel akan runtuh karena kota itu hanyalah buatan tangan manusia yang berdosa.

Sejalan dengan keruntuhannya ini maka Yerusalem akan membuka tangannya dan membiarkan Tuhan masuk dan tinggal bersamaNya. Dia sendiri yang menyiapkan tempat untuk sisa Israel ini.

Sedang Injil Yesus dalam hari tekanan kuasa Sabda. Pribadi-pribadi yang setia pada sang Sabda akan melakukan kehendak Bapa di dalam Surga.

Jadi bukan orang yang hanya tahu berteriak minta tolong kepada Tuhan tetapi orang yang sungguh-sungguh melakukan kehendak Allah Bapa di dalam Surga.

Kemampuan mendengar Sabda dan melakukannya adalah suatu keahlian.

Bagi Yesus, mereka ini seperti orang yang membangun rumah di atas batu.

Meskipun banyak kesulitan namun mereka tidak akan menyerah karena dasar pijakan mereka adalah Tuhan sendiri.

Iman adalah dasar yang kuat agar orang dapat tahan uji.

Tuhan adalah gunung batu dan benteng pertahanan yang kuat.

Sabda Tuhan hari ini memberikan dorongan kepada kita untuk memiliki harapan pada pertolongan Tuhan.

Kita tidak dapat berjalan sendiri. Kita butuh Tuhan sebagai pertahanan kita.

Ketika dosa menggoda, kita memiliki tempat perlindungan yang nyaman yaitu Allah sendiri.

Apakah kita pernah bersyukur karena memiliki Allah yang kuat dan perkasa? Mari kita renungkan bersama hal ini.***

Editor: Yanto Tena

Sumber: Renungan Harian Katolik

Tags

Terkini

Terpopuler