Meningkatkan Kemampuan Literasi Siswa Melalui Pembelajaran Matematika

- 30 Desember 2022, 09:13 WIB
Dekriati Ate, S.si.,M.Pd Mahasiswa Doktoral Pendidikan Matematika UPI, Penerima Beasiswa LPDP tahun 2022
Dekriati Ate, S.si.,M.Pd Mahasiswa Doktoral Pendidikan Matematika UPI, Penerima Beasiswa LPDP tahun 2022 /Yanto Tena/Selayar Post

Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pada tahun 2019, salah satu dari enam Kabupaten dengan jumlah penduduk miskin tertinggi adalah kabupaten Sumba Barat Daya.

Salah satu faktor yang menyebabkan kemiskinan adalah kemampuan literasi yang rendah.

Oleh karena itu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar kemampuan literasi menjadi lebih baik yakni menumbuhkan kesadaran pentingnya membaca, mengoptimalkan perpustakaan menjadi gudang buku, menambah koleksi buku bacaan yang disukai siswa, memperbaiki tatanan perpustakaan agar lebih nyaman dan menarik dikunjungi oleh anak-anak, membentuk komunitas baca, membaca 10 menit sebelum KBM.

Selain itu, solusi lainnya adalah kualitas pembelajaran di kelas harus diperbaiki.

Untuk itu, STKIP Weetebula (sejak Oktober 2022 berubah menjadi UNIKA Weetebula) telah bekerja sama dengan Lembaga Penelitian Matematika Didaktik e. V. (Yayasan Institute Penelitian Didaktik Matematika) di Osnabrueck, Jerman (Kaune et. al., 2011 dan 2012).

Tujuan khusus lembaga ini adalah memperbaiki kualitas pembelajaran melalui matematika karena matematika merupakan “entrance door“ untuk mata pelajaran lain.

Sejak tahun 2012 proyek pembelajaran dimulai di SMPK St. Aloysius Weetebula pada kelas 7 dan para siswa diajar oleh mahasiswa Unika Weetebula yang telah dididik secara khusus oleh Ilmuwan dari Eropa.

Setiap tingkat kelas, terdapat satu kelas yang diajarkan dengan menggunakan konsep didaktis dan metode yang baru yang dikenal dengan metakognitif-diskursif.

Metakognitif adalah aktivitas yang terjadi selama proses pembelajaran dimana guru dan siswa harus belajar membuat perencanaan atas sebuah jawaban, mengontrol setiap pernyataan dan jawaban baik dari diri sendiri maupun orang lain, dan merefleksikan serta mengevalusi pemecahan masalah.

Selain itu, penting bahwa partisipan dalam percakapan di kelas membuat kontribusinya dapat dimengerti oleh orang lain dan dengan demikian memudahkan orang lain untuk turut serta dalam kontribusinya secara tepat.

Halaman:

Editor: Yanto Tena


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x